Kemampuan keaksaraan pada anak usia dini merupakan kemampuan awal dan fondasi dasar yang diperlukan anak agar mampu belajar menulis, membaca, dan berhitung. Stimulasi keaksaraan dengan media yang menyenangkan pada anak usia dini penting, karena dapat membantu anak untuk dapat membantu menghadirkan pembelajaran lebih nyata sehingga lebih mudah dicerna oleh anak. Selain media, pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga penting untuk membantu anak mengenal keaksaraan awal.
Hal ini, menarik perhatian Nur Lailiya mahasiswa Departemen Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Malang melakukan sebuah penelitian terbaru mengungkap potensi permainan tradisional “Cublak-Cublak Suweng” untuk membantu anak usia dini belajar membaca dan menulis. Penelitian Nur Lailiya diberi judul “Pengembangan Permainan CUCUNG TAKSARA (Cublak-Cublak Suweng Tantangan Aksara) untuk Menstimulasi Kemampuan Keaksaraan Awal Anak Usia 5-6 Tahun”.
Hasil penelitian Nur Lailiya dipaparkan dengan baik pada Kamis (8/8) dihadapan dosen penguji yaitu Bapak Drs. I Wayan Sutama, M.Pd serta dihadapan dosen pembimbing Bapak Dr. Pramono, S.Pd. M.Or dan Ibu Rosyi Damayani Twinsari M, M.Pd di Gedung D4 ruang 104 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Nur Lailiya menjelaskan bahwa “CUCUNG TAKSARA merupakan pengembangan dari permainan ‘Cublak-Cublak Suweng’ yang dipadukan dengan tantangan aksara. Dalam permainan ini, anak-anak diajak untuk mengenali huruf, suku kata, dan kata-kata sederhana melalui berbagai aktivitas yang menyenangkan”, jelas Nur Lailiya.
Hasil penelitian Nur Lailiya menunjukkan bahwa CUCUNG TAKSARA dapat membantu anak-anak belajar dengan lebih mudah dan menyenangkan. Permainan ini tidak hanya menstimulasi kemampuan kognitif anak, tetapi juga membantu mereka mengembangkan kemampuan motorik halus, serta meningkatkan kemampuan sosial dan emosional mereka. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa CUCUNG TAKSARA dapat menjadi alternatif yang menarik untuk metode pembelajaran keaksaraan konvensional. Permainan ini dapat membantu anak-anak belajar dengan lebih aktif dan terlibat, serta mengurangi rasa bosan dan jenuh dalam belajar.
Dengan demikian, pengembangan permainan CUCUNG TAKSARA diharapkan dapat dijadikan inspirasi dan menjadi solusi bagi pendidik untuk meningkatkan kemampuan keaksaraan awal anak usia dini di Indonesia. Permainan ini dapat membantu anak-anak belajar dengan lebih mudah dan menyenangkan, serta membantu mereka untuk lebih siap menghadapi pendidikan formal di masa depan. Dalam hal ini Departemen PAUD UM juga mendukung tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) ke- 4 yaitu pendidikan berkualitas.
Pewarta: FAM – Humas Departemen PAUD