Tahun 2015 merupakan masa transisi penerapan K13 PAUD. Hal ini karena proses sosialisasi kurikulum tersebut juga masih terbatas. Di samping itu, walau dipelajari secara otodidak banyak bagian dari kurikulum itu yang sulit dipahami oleh guru maupun dosen. Yang lebih sulit lagi adalah mengubah mind set dalam membuat perencanaan pembelajaran maupun dalam melaksanakan pembelajaran.

Dalam membuat perencanaan pembelajaran, ada perbedaan dengan model kurikulum 2006. Ambil contoh misalnya tidak adanya komponen indikator/tujuan pembelajaran. Dari Kompetensi inti – kompetensi dasar – cakupan materi-bahan, sumber belajar-kegiatan belajar dan rencana evaluasi. Pada cakupan materi masih bias  antara materi dan kegiatan. Pada kegiatan pembelajaran (sesuai dengan contoh dari direktorat) pada kegiatan inti justru tidak tampak penerapan pendekatan saintifiknya. Padahal di pedoman pembelajaran disebutkan bahwa pada kegiatan inti sebaiknya menerapkan pendekatan saintifik walaupun modelnya (sentra, sudut, atau mosel lainnya) berbeda-beda. Pada komponen evaluasi sebaiknya mempelajari standar dan pedoman penilaian. Dalam hal ini authentic asessment masih layak digunakan.

Hal lain yg juga perlu dicermati adalah  misconception. Dalam menjabarkan tema ke dalam sub tema masih banyak terjadi kesalahan konsep. Contoh: tema binatang subtemanya binatang kesayangan, binatang buas dan binatang ternak. Untuk mengatasi hal ini guru sebaiknya mempelajari konsep dasar dari masing-masing tema. Jangan takut untuk mempelajari   materi tersebut dalam buku biologi. Kesalahan konsep yang diberikan oleh gur TK akan melekat pada skemata anak.Laboratorium Prodi PAUD

Hal lain yang juga perlu ditekankan adalah pembelajaran yang kontekstualdan berbasis bada budaya setempat. Anak sebaiknya tidak dijauhkan dari lingkungannya. Guru sebaiknya mengangkat tema yang relevan dengan budaya dan mengeksplorasinya melalui KD yang terkait. Contoh di sebuah daerah ada upacara bersih desa. Hal ini bisa terkait dengan KI 1 – KI 4. Jangan sampai kegiatan belajar dibelenggu oleh nafsu-nafsu akademik. Oleh karena itu proses pembelajaran dikemas melalui kegiatan bermain yang bersifat edukatif. Be smart and confidence with  ECE. (I Wayan Sutama).