Ditemukan fakta bahwa meski TK Lab Universitas Negeri Malang telah menjadi salah satu Paud Inklusif di Gugus VIII Kec. Lowokwaru,  namun dalam kenyataannya sebagian besar guru belum pernah menerima pelatihan penyelenggaraan Paud Inklusif, hanya beberapa guru saja yang pernah mengikuti sejenis seminar/webminar atau workshop fungsional guru. Dengan demikian saat menerima ABK sebagai muridnya, mereka cenderung menerimanya sesuai standar umum biasa. Padahal untuk menerima ABK yang bisa belajar bersama-sama dengan murid normal yang lain dibutuhkan penyikapan dan persyaratan tertentu agar ABK bisa belajar dengan nyaman tanpa ada pembulian dari lingkungan teman sebayanya di sekolah. Dengan demikian apa yang dilakukan guru-guru tersebut masih jauh dari kata professional. Hal ini patut difahami mengingat Sebagian besar guru belum memiliki pemahaman yang utuh tentang hakikat ABK, model dan variansi paud inklusif yang diharapkan bisa mengakomodir keragaman anak berkebutuhan khusus.

Foto peserta pelatihan

 

    Foto pemaparan materi

 

Foto Ketua pelatihan dengan Ibu kepala sekolah TK Lab

Pelatihan penyelenggaraan paud Inklusif ini dilakukan di aula TK Lab UM pada bulan September 2001, yang dibagi menjadi 3 tahapan kegiatan. Peserta pelatihan sebanyak 30 orang guru dari TK Lab sendiri dan dari TK imbas di wilayah gugus VIII Kec. Lowokwaru Kota Malang. Harapan setelah mengikuti pelatihan diharpakan guru-guru   memiliki (1) kesiapan  dalam menerima anak-anak ABK di paud inklusif, (2) tentang kriteria anak ABK yang bisa diterima di paud inklusif, (3) model assesmen dan identifikasi yang digunakan untuk menganalisis kebutuhan anak di paud inklusif, (4) kurikulum pembelajaran yang diterapkan di paud inklusif.

Di samping itu guru-guru juga diharapkan memiliki pemahaman yang utuh tentang (1) model/strategi pembelajaran yang dipilih di paud inklusif, (b) cara menyusun laporan kemajuan perkembangan anak di paud inklusif, (c) menjalin kerjasama dengan guru pendamping khusus (GPK) di paud inklusif, dan (d) kriteria guru umum/reguler yang layak mengajar di  paud inklusif.

Dengan memiliki pemahaman yang utuh, guru secara bersama-sama dengan komunitas lain di sekolah  diharapkan dapat memberikan pelayanan yang prima pada anak-anak ABK di sekolah tanpa ada pembeda-bedaan antara anak berkebutuhan khusus dengan siswa lain yang normal. (Tomas Iriyanto).